Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan memiliki lahan yang subur. Hal tersebut menjadikan negara ini memiliki potensi besar untuk ditanami dengan berbagai jenis tumbuhan konsumsi maupun produksi. Salah satu tumbuhan konsumsi yang merupakan sumber utama pangan di Indonesia adalah padi.
Padi sebagai tanaman penghasil beras merupakan sumber utama pangan masyarakat Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 230 juta jiwa, kebutuhan akan beras semakin meningkat. Namun demikian, kebanyakan petani padi di Indonesia masih sering mengalami gagal panen dikarenakan berbagai faktor, misalnya pengelolaan lahan dan cara pemupukan.
Merespon terhadap situasi tersebut, Puspiptek sebagai Pusat sarana penelitian dan pengembangan (litbang) terunggul di Indonesia mengadakan Seminar Teknologi Pertanian. Seminar diadakan bersamaan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan Hari Hijau Sedunia pada tanggal 20-21 Mei 2010 di Gedung Graha Widya Bhakti.
Materi pertama disampaikan oleh Bambang Sukmadi dari Balai Pengkajian Bioteknologi - BPPT dengan tema “Teknologi Produksi Pupuk Granul dan Aplikasinya Pada Tanaman Pangan”, dilanjutkan dengan materi “Wawasan Kebangsaan” oleh Agus Supriyanto dari Koramil Gunung Sindur, materi “Pola Tanam Sistim Organik disampaikan oleh Haryanto Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi-Badan Tenaga Nuklir Nasional (PATIR-BATAN), serta materi “Padi Unggul Varietas Mira-1 dan Bestari” oleh Mugiono PATIR-BATAN.
Pengelolaan lahan merupakan salah satu hal penting yang memastikan keberhasilan budidaya tanaman. Menurut Haryanto, peneliti dari PATIR-BATAN, lahan di Indonesia terbagi kepada beberapa jenis yaitu lahan sawah dan lahan kering. Tiap jenis lahan memiliki cara penanganan yang berbeda dan jenis tumbuhan yang dapat ditanam pun berbeda.
“Misal, pada lahan sawah atau tergenang, jenis tumbuhan yang cocok adalah tumbuhan padi. Sedangkan, untuk jenis tumbuhan palawija dapat ditanam di lahan kering. Namun demikian, sebagian besar lahan kering di Indonesia tergolong lahan marjinal, yang masih membutuhkan penanganan lanjut sebelum dapat ditanami”, ujar Haryanto.
Dalam pemaparannya yang berjudul “Pola Tanam Sistim Organik”, Haryanto juga turut menjelaskan menganai pertanian organik. Menurutnya ada 4 hal yang harus dilakukan untuk melaksanakan pertanian organik, yaitu (1) pemanfaatan pupuk organik, (2) meningkatkan bahan organik tanah, (3) meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk, dan (4) pemanfaatan pestisida organik, baik dari sumber nabati maupun hewani.
Selain itu, disampaikan pula pemaparan mengenai “Padi Unggul Varietas Mira-1 dan Bestari” oleh Mugiono yang juga sebagai peneliti senior dari PATIR-BATAN. Menurut Mugiono, penggunaan bibit varietas padi unggul merupakan salah satu cara untuk mencapai ketahanan pangan nasional.
Oleh karena itu, BATAN sebagai instansi pemerintah yang melakukan riset dengan tenaga nuklir turut memanfaatkan tenaga nuklir untuk aplikasi di bidang pertanian, misalnya menciptakan varietas padi unggul jenis MIRA-1 dan Bestari. Varietas MIRA-1 dan Bestari dihasilkan dari penyinaran sinar Gamma terhadap benih.
“Benih hasil penyinaran, baik MIRA-1 dan Bestari, memiliki beberapa keunggulan dibanding benih biasa. Misalnya, kapasitas produksi yang lebih tinggi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta jangka masa tanam dan panen yang lebih pendek”, papar Mugiono.
Selain penyampaian materi, turut diadakan praktek penanaman padi oleh PATIR-BATAN pada 21 Mei 2010 dan terangkai dengan acara seminar, diserahkan benih padi bestari khusus untuk para petani penggarap lahan sekitar Puspiptek setelah praktek penanaman padi.
• technologyindonesia
0 Response to "Petani Penggarap Lahan Sekitar Puspiptek Melek Iptek"
Posting Komentar