Pemanfaatan energi nuklir dapat meniminimalkan ketergantungan dari energi fosil Ujar Menteri Negara Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata didalam sambutan pembukaan seminar. Selain itu Suharna Surapranata mengatakan dengan pemanfaatan energi nuklir dapat mengurangi potensi problem dari pemanasan global yang sedang menjadi perhatian dunia.
Energi nuklir saat ini pemanfaatannya sudah banyak dimanfaatkan ke bidang-bidang yang diperlukan oleh masyarakat, seperti halnya bidang kedokteran, pangan, hewan juga sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Khusus pada PLTN saat ini berbagai negara telah banyak negara menggunakannya, sesuai World Nuclear Association per 1 Februari 2010 jumlah PLTN didunia mencapai 463 unit yang beroperasi dan 53 unit tahap pembangunan serta 142 unit tahap perencanaan.
Dikawasan Asia, disamping Jepang dan Korea Selatan pertumbuhan PLTN di China cukup signifikan yaitu pembanguan 20 unit dari rencana 37 unit. Selain negara tersebut dikawasan Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand dan Vietnam juga sudah mengusulkan ke Badan Tenaga Nuklir Dunia (IAEA) untuk dapat dibantu dalam pembangunan PLTN.
Sedangkan kawasan kawasan Timur Tengah, sebagai kawasan negara sumber penghasil minyak saat ini kecenderungan untuk memanfaatkan PLTN sebagai opsi Pemasok Tenaga listriknya. Seperti Uni Arab Emirat langsung merencanakan pembangunan PLTN 4 unit dari sepuluh yang diusulkan. Sedangkan di eropa khususnya negara Prancis, seluruh kebutuhan listrik negaranya di suplai dari PLTN.
Besarnya minat negara-negara untuk mengembangkan PLTN kita ketahui adalah didasari atas keunggulan dari : Relatif bersih dari polusi rumah kaca sebagai penyebab Golbal Warming; Nuklir sebagai energi cukup besar; persediaan bahan baku relatif cukuo dan stabil; teknologinya semakin teruji dan handal dan terakhir harga jual listrik murah.
Dari kelebihan-kelebihan tersebut memang ada kekurangannya yang perlu diantisipasi dari PLTN. Kekurangan tersebut diantaranya adalah resiko dari PLTN cukup tinggi dari faktor keamanan dan keselamatan apabila terjadi sesuatu dimana resiko radiasi yang dapt mengakibatkan kematian. Perlu diketahui bahwa teknologi bak dua mata pisau, dimana dengan pemanfatan yang betul akan mendapatkan keuntungan sedangkan salah dalam pemanfaatan akan berakibat fatal. Semua ini diperlukan pengkajian dan penerapan yang betul-betul dibutuhkan tingkat kemampuan dan pertimbangan yang sangat tinggi agar resiko akibat yang tidak menguntungkan dapat dikurangi.
Oleh karena itu sebelum melangkah mengambil keputusan dalam pemanfaatan PLTN, perlu dilakukan pemilihan teknologi yang betul-betul maju, pemahaman dan peningkatkan kemampuan SDM yang handal agar dalam pelaksanaan dan pengoperasian PLTN tidak terjadi kesalahan yang fatal. Untuk dapat tercapainya maka pada Kamis tanggal 18 Maret 2010 diadakan seminar dengan tema “Prospect of Nuclear Electrict Power In Indonesia di Ruang Komisi I BPPT lantai 3 Jakarta.
Penyelenggaraan Seminar ini merupakan kerjasama Pemerintah Jepang (JAIF-JICC) dengan RISTEK, BATAN, BAPPETEN, METI dan ESDM. Tujuan dari diselenggarakan seminar ini untuk menggali pengalaman Jepang didalam pengelolaan dari pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk pembangkit Tenaga Listrik. Suharna Surapranata mengatakan dengan diselenggaranya seminar ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah dan pelajaran dari pengalaman negara Jepang untuk Indonesia didalam rencana pembangunan PLTN diwilayah Indonesia kedepan.
Menurut Chif Scretary of Senior Network, Atonomic Energy Society of Japan , Akira kaneuji bahwa Jepang didalam pemanfaatan nuklir berpengalaman sejak 50 tahun sebelumnya. Saat ini Jepang sudah mempunyai 57 unit PLTN tersebar diseluruh wilayah negara. Teknologi Nuklir di Jepang selalu diperbaharui dan ditingkatkan didalam sistem keamanan dan keselamatannya. Sehingga kekhawatiran akan akibat yang fatal dapat dikurangi menjadikan masyarakat dapat menerima.
Sedangkan pengalaman di Indonesiapun sudah berpangalaman sejak tahun 1975, dimana Indonesia sudah memiliki reaktor Nuklir di tiga kota Serpong Tanggerang, Jogja dan Bandung. Sampai saat ini ketiga rektor masih berjalan dengan baik dan masih dimanfaatkan untuk penelitian. Disini menunjukan kemampuan dari SDM anak bangsa tidak perlu diperdebatkan dalam penguasaan teknologi Nuklir. Reaktor penelitian ini dimanfaatkan radioisotopnya untuk penelitian, tidak memanfaatkan pemansannya sebagai sumber panas untuk memanaskan Air agar uapnya dapat menggerak turbin listrik.
Pada prinsipnya PLTN dan PLTU mempunyai kesamaan sistem kerja. Satu-satunya yang membedakan adalah sumber panas yang dipakai. Untuk PLTU sumber Panas berasal dari Batu Bara dimana batubara dibakar guna merubah fluida kerja (air) menjadi uap lalu dialirkan untuk memutar turbin, sedangkan PLTN panas yang diperoleh adalah hasil reaksi pembelahan inti atom (fisi) didalam selongsong yang kedap udara dan air dengan suhu tinggi sama halnya untuk merubah air menjadi uap.
Saat ini perkembangan terakhir dari rencana pembangunan PLTN Indonesia tetap berjalan sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang enery Mix . Dimana menurut Kepala BATAN Hudi Hastowo bahwa sudah sampai pada tahap persiapan pembangunan. Pembangunan PLTN melalui tiga tahap evaluasi. diantaranya evaluasi Pengusulan rencana pembangunan sesuai program nasional, Persiapan dari pembangunan dan kebijakan-kebijakan yang mendukung; Pembangunan dan operasi.
Pada Acara seminar tersebut dihadirkan narasumber Dr. Hudi hastowo dengan topik bahasan “NPP Infrastructure Development”; “Regulation Development” oleh Dr. As. Natio lasman; “Experience of Japan for Nuclear Energy Development in Indonesia” oleh Koyama Masaomi (METI); “nuclear Safety Technology accomplished and Realities of Chernobyl Accident “ oleh ISHIKAWA Michio (JANTI); “Japanese Seismic Safety Technology proved in Nilgata Earthquake “ oleh KONNNO Takaaki (JANTI).
• ristek
0 Response to "Prospek Pembangunan PLTN Di Indonesia Saat Ini."
Posting Komentar